Welcome to my blog. Before anything else please follow these rules: No ripping, spamming, and any type of childish acts.
Respect is a must:).
peace,love,respect
navigations
ProfileBlogLinksJoinedCredits
me myself and I
Being called weird is like being called Limited Edition. Meaning you're something people don't see that often. Remember that. :) Me an aquarius. Mental groupie of my boyfriend.
doing...
Feeling : in love
Eating : noddle
Doing : stalking ;D
Watching : ngc
Listening to : incubus - quicksand
Theme song: Riot of An Empty Street – Kings of Convenience
Sedang free, dan online di facebook, none of new notification, maka saya pun searching for friend. Otak pun bekerja, mengingat dengan susah payah daftar teman smp, sma atau kuliah, hingga terbentur pada sebuah nama. Oh, teman kost saya yang sempat terlupakan.
Keingetan, di kost yang dominan adalah anak-anak jogja dan sekitarnya, jadi pada sering mudik-lah setiap weekend. Sedangkan saya, adalah penunggu kost-an, mau mudik kemana memangnya? Hingga di suatu pagi yang cerah, seseorang mengetuk pintu kamar saya, begitu pintu dibuka, terlihat sosok cewek yang badannya lumayan bongsor senyum ragu-ragu di depan saya.
“Iya?”, saya. “Sori mbak, ganggu, bisa pinjem seterikaan ga?”, cewek itu. “Oh, boleh..., anak baru di sebelah ya?”, saya. “Iya”. “Lho, pindahannya kapan?”. “Tadi malem, jam 11an”. “Oh, pantesan gak denger”. “Eh, kenalin, aku nia”, menjulurkan tangan. “Dian..”, membalas uluran tangannya. “Dian angkatan 2004?”, tanyanya. (tersenyum dalam hati) ”Angkatan 2002”, saya. “Oooh, kirain lebih muda, aku angkatan 2003”. “Hehe..”, saya.
Maka, Nia adalah penolong di kala saya merasa kesepian setiap weekend. Sesama perantau asal sumatra, saya merasakan chemistry yang dalam terhadap nia. Obrolan, curahan hati dan pengalaman sehari-hari seperti tak pernah habis terbagi. Lagu favorit masa lalu, lelaki terhebat masa lalu, kejadian penting masa lalu, semuanya terungkapkan. Gitar bumi adalah saksinya, she’s guitarist and i’m the vokills. Oh ternyata, betapa saya kangen nia.
Ternyata, begitu dekatnya hubungan kami. Tapi keras kepala, kepala batu is mine, or her? Dari kesalahan yang saya or nia lakukan, sekali, dua kali, tiga kali, sampe ke sekian kali sampai ke titik puncak. Even saya nggak ingat, sebenarnya ada kejadian apa sih diantara kami. Saya nggak pernah benar-benar tahu, sampai sekarang. Karena walaupun kamar bersebelahan, nggak akan ada yang mau mengalah untuk memulai membahas masalah itu duluan. Saya belum pernah merasa kecewa, eneg, males, benci terhadap seseorang sampai hari itu tiba. That’s it. Egoisnya saya. Egoisnya nia. Tidak ada tegur sapa kira-kira setahun lebih, dan akhirnya saya meninggalkan jogja setelah kelulusan, kembali ke pangkalpinang.
Sekarang saya hanya bisa berdoa, semoga nia selalu sehat dan bahagia, bagaimanapun dia sekarang. Inginnya sih, ada yang ngasih nomer hp-nya supaya bisa saya telpon sekedar mendengar lagi suaranya...hehe. Kangeeennnn.
Theme song: Riot of An Empty Street – Kings of Convenience
Sedang free, dan online di facebook, none of new notification, maka saya pun searching for friend. Otak pun bekerja, mengingat dengan susah payah daftar teman smp, sma atau kuliah, hingga terbentur pada sebuah nama. Oh, teman kost saya yang sempat terlupakan.
Keingetan, di kost yang dominan adalah anak-anak jogja dan sekitarnya, jadi pada sering mudik-lah setiap weekend. Sedangkan saya, adalah penunggu kost-an, mau mudik kemana memangnya? Hingga di suatu pagi yang cerah, seseorang mengetuk pintu kamar saya, begitu pintu dibuka, terlihat sosok cewek yang badannya lumayan bongsor senyum ragu-ragu di depan saya.
“Iya?”, saya. “Sori mbak, ganggu, bisa pinjem seterikaan ga?”, cewek itu. “Oh, boleh..., anak baru di sebelah ya?”, saya. “Iya”. “Lho, pindahannya kapan?”. “Tadi malem, jam 11an”. “Oh, pantesan gak denger”. “Eh, kenalin, aku nia”, menjulurkan tangan. “Dian..”, membalas uluran tangannya. “Dian angkatan 2004?”, tanyanya. (tersenyum dalam hati) ”Angkatan 2002”, saya. “Oooh, kirain lebih muda, aku angkatan 2003”. “Hehe..”, saya.
Maka, Nia adalah penolong di kala saya merasa kesepian setiap weekend. Sesama perantau asal sumatra, saya merasakan chemistry yang dalam terhadap nia. Obrolan, curahan hati dan pengalaman sehari-hari seperti tak pernah habis terbagi. Lagu favorit masa lalu, lelaki terhebat masa lalu, kejadian penting masa lalu, semuanya terungkapkan. Gitar bumi adalah saksinya, she’s guitarist and i’m the vokills. Oh ternyata, betapa saya kangen nia.
Ternyata, begitu dekatnya hubungan kami. Tapi keras kepala, kepala batu is mine, or her? Dari kesalahan yang saya or nia lakukan, sekali, dua kali, tiga kali, sampe ke sekian kali sampai ke titik puncak. Even saya nggak ingat, sebenarnya ada kejadian apa sih diantara kami. Saya nggak pernah benar-benar tahu, sampai sekarang. Karena walaupun kamar bersebelahan, nggak akan ada yang mau mengalah untuk memulai membahas masalah itu duluan. Saya belum pernah merasa kecewa, eneg, males, benci terhadap seseorang sampai hari itu tiba. That’s it. Egoisnya saya. Egoisnya nia. Tidak ada tegur sapa kira-kira setahun lebih, dan akhirnya saya meninggalkan jogja setelah kelulusan, kembali ke pangkalpinang.
Sekarang saya hanya bisa berdoa, semoga nia selalu sehat dan bahagia, bagaimanapun dia sekarang. Inginnya sih, ada yang ngasih nomer hp-nya supaya bisa saya telpon sekedar mendengar lagi suaranya...hehe. Kangeeennnn.