If you have time, please check my twitter and my facebook. See You There!
The light in my darkest hour
Welcome to my blog. Before anything else please follow these rules: No ripping, spamming, and any type of childish acts. Respect is a must:).

peace,love,respect
navigations

Profile Blog Links Joined Credits
me myself and I
Being called weird is like being called Limited Edition. Meaning you're something people don't see that often. Remember that. :) Me an aquarius. Mental groupie of my boyfriend.

doing...
Feeling : in love
Eating : noddle
Doing : stalking ;D
Watching : ngc
Listening to : incubus - quicksand

me anywhere
facebook | twitter | myspace | plurk | my (other) blog

me loves it!
goodnight electric | diani apsari | diana rikasari | jepang tembem

me shopping
distroonline | wondershoe | bloopendorse | batikdistro

tagboard

Rotten Things
June 2008 | July 2008 | August 2008 | October 2008 | November 2008 | January 2009 | February 2009 | March 2009 | April 2009 | May 2009 | June 2009 | July 2009 | August 2009 | September 2009 | October 2009 | November 2009 | December 2009 | January 2010 | February 2010 | March 2010 | April 2010 | May 2010 | June 2010 | July 2010 | November 2010 | December 2010 | February 2011 | March 2011 | May 2011 | September 2011 | July 2012 | April 2013 | February 2014 |

hello there :)
I will have a baby
the lovely bones
happy fasting
bosan tingkat dewa dewi
Unyu
penting nih *gubrak
ehhhh
my guilty pleasure
#mentalgroupiesakut


Music
Music Here!



Website counter

Rambling..
Written at January 25, 2009 | back to top

Dear God.
Kirimkanlah segala hal yang bisa Engkau penuhi demi ketidakpuasan saya selama ini. My passions. Lots of thing to buy, but no money. Banyak keinginan yang sepertinya hanya mimpi. Katanya mau nabung, tapi sepertinya omong doang. Niat sudah ada, namun tidak sebesar keinginan menghambur2kan uang saya. So pathetic.

Berdoa setiap hari agar untung beliung britama mampir ke rekening saya.
Amien.

Me, the daydreamer. :p
Menguji Kesabaran
Written at January 18, 2009 | back to top

Customer service bri kanca pangkalpinang hanya ada 3 orang, tapi nasabahnya seabrek. Kadang kita berpikir bagaimana untuk memenuhi standar layanan yang excellent sedangkan yang dilayani bukan hanya per satu orang saja. Bahkan satu customer service bisa diburu oleh beberapa nasabah sekaligus. Ada yang minta dibuatkan rekening baru, minta di cek saldo, rekening koran, dan sebagainya. Ini bukan keluhan, hanya permohonan supaya nasabah menyadari kalau customer service adalah manusia juga, dan bukan robot. Untuk permintaan rekening baru pun, pastinya butuh beberapa menit lebih lama, banyak hal yang harus seorang cs tahu tentang profil nasabah, yang tentu saja semua itu demi keamanan nasabah itu sendiri. Makanya, kalo nasabah yang sedang dilayani belum selesai dilayani kenapa nasabah lain selalu minta didahulukan juga. Sabar dian sabar.

Hihi, kadang saya mikir otak saya nih pasti berat kapasitasnya. Berbagai pekerjaan dalam satu waktu, dan harus selesai saat itu juga. Lingkup pekerjaannya bukan hanya melayani nasabah, tapi banyaaaak hal lain yang tidak bisa disebutkan, dikerjakan juga oleh customer service.

Ternyata menjadi customer service tidak segampang yang saya pikirkan dulu selama menjadi nasabah biasa. Bisa jadi dulu saya adalah nasabah yang tidak sabaran dan sekarang kena batunya...haha.

Pernah suatu hari, ketika saya balik ke kantor seusai giliran istirahat siang jam 1. kebetulan cs yang bertugas cuma saya dan mbak tri (kita giliran istirahatnya, mbak tri istirahat duluan). Begitu menuju meja cs, saya langsung dipanggil Bu Rina, spv djs.

“Dian, bisa tolong bapak ini sebentar?”, Bu Rina.

“Iya, Bu?”, saya, melihat sosok yang ditunjuk, pria beberapa tahun lebih tua dari saya (kelihatannya), dengan muka jutek dan berdiri gelisah.

“Bapak ini transfer lewat atm ke bank mandiri, transaksi gagal, tapi rekening terdebet”, jelas Bu Rina.

“Ooh, oke Bu”.

“Tolong diproses di depan ya”, Bu Rina.

“Iya. Mari Pak, bapak bisa ikut saya ke depan”, kata saya sambil menunjukkan senyum termanis dan tangan mempersilahkan supaya sang bapak mengikuti. Masih jutek aja nih bapak, cakep2 koq jutek *soalnya orangnya gak jelek2 amat gituu..he*.

Begitu nyampe meja saya, ternyata udah ada nasabah yang menunggu, jadi saya harus menunda melayani bapak yang barusan.

“Bapak Feri *bukan nama sebenarnya*, silakan duduk dulu Pak, sementara saya melayani Ibu ini”, jelas saya sambil menunjuk ke arah ibu di depan meja saya.

Untungnya ibu2 ini hanya perlu mengupdate datanya, karena akan mengganti buku tabungan. Jadi tidak memerlukan waktu yang cukup lama. Ugh, oke, menurut saya waktu yang tidak cukup lama. Tapi begitukah menurut Pak Feri? Ternyata tidak. Batas kesabaran Bapak ini sepertinya sudah lewat, apa jangan2 batas kesabarannya sangatlah rendah, berhubung begitu saya mempersilahkan beliau ini untuk duduk di kursi yang kosong, beliau masih berdiri tegak tanpa senyum dan terus memandang ke arah saya. OmiGod, betapa saya ini sangat sabar.

“Maaf ibu Sri *bukan nama sebenarnya*, data ibu sudah lengkap diisi, ibu bisa mundur sebentar ibu, sementara saya mengganti datanya di sistem”, pinta saya memelas pada ibu di depan saya.

“Oh iya mbak, gak apa2”, Ibu Sri sepertinya maklum ketika mata saya tertuju pada Pak Feri yang tetap berdiri setelah saya mempersilahkan beliau untuk duduk beberapa kali.

“Makasih ibu”, jawab saya lega. “Bapak Feri, silakan duduk”.

Tetap diam.

“Maaf Bapak, bisa saya pinjem KTPnya? Sementara saya fotokopikan, bapak bisa mengisi form ini”, sikapnya yang tanpa bicara saya anggap sebagai ‘oke’.

Saya langsung berlari ke mesin fotocopy di belakang counter teller. Begitu melewati meja ibu Rina, masih sempat Ibu Rina bilang, ‘yang sabar ya Dian...’.

Sehabis ini akan selesai, pikir saya.

Begitu kembali, Pak Feri sepertinya sudah selesai menulisi form komplain itu. Akhirnya dia bicara begitu ditanyakan masalah detailnya *ya iyalah, emang saya bisa telepati gitu?*. Saya berikan solusinya, baru beliau ini mengerti. Ugh gemes jadinya. Sering-sering aja nasabah seperti ini.

Begitu selesai, sorenya baru saya tahu ternyata Pak Feri itu sudah menemui Mbak Tri yang satu2nya sedang bertugas. Tapi merasa dicuekin karena memang Mbak Tri sedang melayani nasabah lain. Pak Feri gak mau antri sih, gak bener nih. Kesalahan lain juga, cs gak pake nomer antrian, jadi amburadul deh. Gitu. Jangan merasa pelayanannya lama, karena memang begitu prosedur yang ada. Maaf ya.

Yah, lain waktu akan saya ceritakan nasabah2 saya yang aneh2...hehe.

Labels:

Kena Batunya
Written at | back to top

Saya belum cerita, pengalaman sewaktu pendidikan di sendik Jakarta desember 2008 lalu. Yang paling saya ingatselain bertemu teman2 baru yang seru, adalah kejadian yang satu ini. Begini ceritanya. Setelah hampir tiga minggu mendapat pendidikan, dapet ilmu yang sangat bermanfaat dari instruktur2 yang oke sekali, kita sekelas dapet jatah libur full dua hari, pas weekend. Karena hari senin-nya, harus terbang kembali ke daerah masing-masing, jadi kita berencana buat seru2an selama dua hari terakhir. Diputuskanlah hari pertama ke Ragunan aja yang deket. Oke, akhirnya saya, indra, sari, ira, dodo, arie, ricki dan farell berangkat, setelah acara penutupan sabtu siang, naik busway nyampe di ragunan. Yah, kita semua emang norak banget *mengakui*, di setiap sudut selalu foto-foto, entah itu pake kamera or hp-nya siapa, gak perduli, yang penting bisa difoto. Ralat, mungkin bukan norak, tapi pintar memanfaatkan setiap kesempatan yang ada...hihi. Cerita di Ragunan ini seru juga, tapi dilewatin aja ya, soalnya bakalan kepanjangan...hehe..
Menelusuri luasnya kebun binatang itu ternyata cukup melelahkan. Ketika udah mau pulang sorenya, ada yang masih pengen melanjutkan perjalanan kemana lagi gitu, tapi indra udah pengen balik ke sendik, capek katanya. Akhirnya, karena kasihan juga melihat Indra yang memasang tampang menyayat hati *halah*, kita setuju untuk pulang saja. Tapi, ternyata lain di mulut lain di hati. Tanpa indra tahu, busway sudah melewati halte mampang, dan kita semua diam saja. Haha, begitu sadar udah nyampe monas gitu. Yaudah deh, terpaksa mampir di monas, lanjut lagi foto2nya.
*Sigh*, Indra.
Waktu sudah menunjukkan jam 8 malam, dan kita semua kelaparan. Jadi, rencananya dari monas turun ke halte busway terakhir yang terdekat dengan sendik (deket sendik haltenya belum beroperasi), kita akan makan dulu. Rencananya lho.
Belum lagi masuk ke halte monas, saya, ira, sari dan indra yang jalan paling depan masih dengan riang gembira,
“Hey, foto2 yuk disini...”, Ira.
“Hayuuk.”, saya, sumringah.
“Pake hp siapa, Ira aja”, Ira.
“Udah Ra, pake hp-ku aja, memori Ira kepenuhan”, saya.
Dengan sigap *sepertinya sigap* saya mengeluarkan hp saya dari saku celana jeans, tapi hp ternyata tidak ada di tangan saya, melainkan langsung jatuh ke jembatan tempat saya berpijak, lalu satu detik kemudian terpental ke jalan raya aspal di bawah jembatan.
Eng ing eng,,,,saya hanya terdiam, butuh dua detik untuk menyadari apa yang terjadi.
“Dian, hp-nya!!”, Indra.
Saya, indra, sari dan Ira otomatis melihat ke bawah, ke aspal tempat si hp menukik tajam. Saya mundur, sedang mereka bertiga melaporkan apa yang terjadi.
“Arrggh, kelindes mobil, mbak”, Sari.
“Pecah!!”, Ira.
“Diannn...”, Indra menenangkan saya sebisanya.
Dodo dan Ricki yang baru nyampe atas, berlari turun lagi ke jalan begitu diberitahu Ira kejadiannya.
“Dian, soriii...”, Indra.
Mereka bertiga mengusap-usap punggungku, menenangkan saya yang masih diam. Yang terbayang oleh saya saat itu, kenangan menghabiskan sebagian waktu dengan berfacebook-ria bersama hp itu, lagu inspirational joni akan tidak terdengar lagi dari hp itu, foto2 aneh saya selama di sendik dan foto2 liburan hari ini yang belum dilihat lagi oleh saya masih terdampar di hp itu, besok masih ada liburan sehari dan saya gak bisa foto2 pake hp itu...huwaaaaaa,,,sedihnyahh!
Dodo datang dengan wajah yang tak terbaca, lalu tersenyum tenang.
“Hey, tenang aja, masih bisa diselamatkan, isinya masih lengkap dan tidak tergores”, Dodo.
Lemas rasanya melihat hp saya terpisah menjadi 5 bagian, semua bagiannya lepas dan ada bekas benturan di casing bagian bawah yang menunjukkan kalau benda tersebut jatuh dari ketinggian lebih dari 5 meter. Sepertinya yang terlindas mobil seperti kata Sari, adalah casing bagian depan dan batere. Dan Allah masih sayang sama saya, karena tidak ada goresan lain di hp itu. Ternyata hp-ku tersayang itu body-nya tahan bating, salut. Dan lagi, saya bersyukur jalanan malam itu agak sepi, jadi hanya beberapa kendaraan yang lewat. Teringat betapa sayang yang berlebihan memang tidak baik. Kalo kata Indra, dia jadi sering dicuekin oleh saya gara2 hp itu, katanya saya selalu hidup dalam dunia saya sendiri yang dia tidak akan bisa masuk *ohya? Masa sih? thinking*. Berlebihan rasa gembira menjalani liburan bisa juga, kita semua gak inget waktu, gak inget untuk melapor kepada Allah hari itu. Itu adalah peringatan! Biasanya saya gak pernah begitu saja memasukkan hp ke dalam saku celana, tapi hari itu saya lupa.
Karena sudah terjadi, it’s okay. Setidaknya keadaan gak terlalu parah, bukan saya yang terlempar ke jalanan, melainkan hp saja...haha.
Teman-teman merasa tidak perlu menenangkan saya lagi, karena sehabis itu saya sudah bisa senyum lagi. Buktinya, mereka seenaknya saja menyuruh saya menelpon bagian security karena suara saya dianggap cukup tegas untuk berhadapan dengan pihak security. Hehe, soalnya waktu itu kita jadi makan dulu dan sudah melewati jam malam di sendik, dan mereka mempertaruhkan hidup mereka malam ini di tangan saya. Ada-ada saja, pasti mereka lupa kalau baru saja saya mendapat musibah...huuh.

Sudah menerima hukuman hari itu, mendapat hikmahnya, dan siap untuk liburan lagi esok paginya.

Optimis donk, harus. Sekarang sih sudah beda keadaan hp-nya. Begitu nyampe rumah, saya langsung bawa hp saya yang gak mau nyala itu ke nokia care center. Ternyata, hanya perlu diganti baterenya.....tralala trilili. Btw, diiringi pandangan bertanya2 dari mbak2 customer service nokia care center, kenapa hp-nya bisa jatuh setinggi itu. No comment deh.

Labels: ,