Customer service bri kanca pangkalpinang hanya ada 3 orang, tapi nasabahnya seabrek. Kadang kita berpikir bagaimana untuk memenuhi standar layanan yang excellent sedangkan yang dilayani bukan hanya per satu orang saja. Bahkan satu customer service bisa diburu oleh beberapa nasabah sekaligus. Ada yang minta dibuatkan rekening baru, minta di cek saldo, rekening koran, dan sebagainya. Ini bukan keluhan, hanya permohonan supaya nasabah menyadari kalau customer service adalah manusia juga, dan bukan robot. Untuk permintaan rekening baru pun, pastinya butuh beberapa menit lebih lama, banyak hal yang harus seorang cs tahu tentang profil nasabah, yang tentu saja semua itu demi keamanan nasabah itu sendiri. Makanya, kalo nasabah yang sedang dilayani belum selesai dilayani kenapa nasabah lain selalu minta didahulukan juga. Sabar dian sabar.
Hihi, kadang saya mikir otak saya nih pasti berat kapasitasnya. Berbagai pekerjaan dalam satu waktu, dan harus selesai saat itu juga. Lingkup pekerjaannya bukan hanya melayani nasabah, tapi banyaaaak hal lain yang tidak bisa disebutkan, dikerjakan juga oleh customer service.
Ternyata menjadi customer service tidak segampang yang saya pikirkan dulu selama menjadi nasabah biasa. Bisa jadi dulu saya adalah nasabah yang tidak sabaran dan sekarang kena batunya...haha.
Pernah suatu hari, ketika saya balik ke kantor seusai giliran istirahat siang jam 1. kebetulan cs yang bertugas cuma saya dan mbak tri (kita giliran istirahatnya, mbak tri istirahat duluan). Begitu menuju meja cs, saya langsung dipanggil Bu Rina, spv djs.
“Dian, bisa tolong bapak ini sebentar?”, Bu Rina.
“Iya, Bu?”, saya, melihat sosok yang ditunjuk, pria beberapa tahun lebih tua dari saya (kelihatannya), dengan muka jutek dan berdiri gelisah.
“Bapak ini transfer lewat atm ke bank mandiri, transaksi gagal, tapi rekening terdebet”, jelas Bu Rina.
“Ooh, oke Bu”.
“Tolong diproses di depan ya”, Bu Rina.
“Iya. Mari Pak, bapak bisa ikut saya ke depan”, kata saya sambil menunjukkan senyum termanis dan tangan mempersilahkan supaya sang bapak mengikuti. Masih jutek aja nih bapak, cakep2 koq jutek *soalnya orangnya gak jelek2 amat gituu..he*.
Begitu nyampe meja saya, ternyata udah ada nasabah yang menunggu, jadi saya harus menunda melayani bapak yang barusan.
“Bapak Feri *bukan nama sebenarnya*, silakan duduk dulu Pak, sementara saya melayani Ibu ini”, jelas saya sambil menunjuk ke arah ibu di depan meja saya.
Untungnya ibu2 ini hanya perlu mengupdate datanya, karena akan mengganti buku tabungan. Jadi tidak memerlukan waktu yang cukup lama. Ugh, oke, menurut saya waktu yang tidak cukup lama. Tapi begitukah menurut Pak Feri? Ternyata tidak. Batas kesabaran Bapak ini sepertinya sudah lewat, apa jangan2 batas kesabarannya sangatlah rendah, berhubung begitu saya mempersilahkan beliau ini untuk duduk di kursi yang kosong, beliau masih berdiri tegak tanpa senyum dan terus memandang ke arah saya. OmiGod, betapa saya ini sangat sabar.
“Maaf ibu Sri *bukan nama sebenarnya*, data ibu sudah lengkap diisi, ibu bisa mundur sebentar ibu, sementara saya mengganti datanya di sistem”, pinta saya memelas pada ibu di depan saya.
“Oh iya mbak, gak apa2”, Ibu Sri sepertinya maklum ketika mata saya tertuju pada Pak Feri yang tetap berdiri setelah saya mempersilahkan beliau untuk duduk beberapa kali.
“Makasih ibu”, jawab saya lega. “Bapak Feri, silakan duduk”.
Tetap diam.
“Maaf Bapak, bisa saya pinjem KTPnya? Sementara saya fotokopikan, bapak bisa mengisi form ini”, sikapnya yang tanpa bicara saya anggap sebagai ‘oke’.
Saya langsung berlari ke mesin fotocopy di belakang counter teller. Begitu melewati meja ibu Rina, masih sempat Ibu Rina bilang, ‘yang sabar ya Dian...’.
Sehabis ini akan selesai, pikir saya.
Begitu kembali, Pak Feri sepertinya sudah selesai menulisi form komplain itu. Akhirnya dia bicara begitu ditanyakan masalah detailnya *ya iyalah, emang saya bisa telepati gitu?*. Saya berikan solusinya, baru beliau ini mengerti. Ugh gemes jadinya. Sering-sering aja nasabah seperti ini.
Begitu selesai, sorenya baru saya tahu ternyata Pak Feri itu sudah menemui Mbak Tri yang satu2nya sedang bertugas. Tapi merasa dicuekin karena memang Mbak Tri sedang melayani nasabah lain. Pak Feri gak mau antri sih, gak bener nih. Kesalahan lain juga, cs gak pake nomer antrian, jadi amburadul deh. Gitu. Jangan merasa pelayanannya lama, karena memang begitu prosedur yang ada. Maaf ya.
Yah, lain waktu akan saya ceritakan nasabah2 saya yang aneh2...hehe.
Labels: work
Labels: Pendidikan, senang